WELCOME TO MY BLOG

HELLO....ALL
I HOPE U'R ALWAYS BE HAPPY :-)

Selasa, 22 Desember 2009

Reinforcement

REINFORCEMENT
By: Nelly Marhayati, M.Si
Disampaikan Pada Mata Kuliah Psikologi Belajar

Istilah reinforcement dalam dunia psikologi secara umum sering diartikan sebagai penguat perilaku individu. Perilaku yang diberikan reinforcement dapat berakibat diulanginya perilaku atau dihentikannya perilaku. Reinforcement biasanya dibagi menjadi dua bagian yaitu reinforcement negative dan reinforcement positif. Reinforcement negative adalah berupa hukuman (Punishment) sedangkan reinforcement positif biasanya diartikan sebagai hadiah (reward).
Sedangkan pengertian mendasar dari reinforcement adalah sebagai pengurangan kebutuhan biologis. Artinya suatu perilaku yang telah dikenai reinforcement maka dianggap kebutuhan biologisnya telah terpenuhi. Pendapat seperti ini dikemukan oleh Hull (1943,1952) dimana secara terperinci mengatakan bahwa mengurangnya stimulus yang merupakan ciri kebutuhan biologis adalah yang sebenarnya membentuk reinforcement. (Walker,1973)
Penguat yang dimaksudkan oleh Hull di atas dapat kita sebut sebagai penguat primer. Sedangkan penguat yang di luar pemenuhan kebutuhan biologis disebut dengan penguat skunder (penguat yang terkondisikan). Pada prinsipnya penguat yang paling banyak mempengaruhi kehidupan adalah penguat yang terkondisikan. Dua yang paling menonjol yaitu uang dan penghargaan. Walaupun uang sering digandengkan dengan penguat primer dimana uang diperlukan untuk membeli makanan, minuman, dan kenyamanan. Namun penghargaan tetap bisa berdiri sendiri tanpa digandeng dengan penguat primer. Karena pemberian penghargaan dapat mempertahankan dan meningkatkan aktivitas dan produktivitas individu.(Atkinson, )
Secara umum banyak para ahli yang mengangap tidak perlu penjelasan apapun mengenai sifat reinforcement. Oleh Karena itu Skinner (1938, 1948, 1953) mengatakan bahwa setiap stimulus yang dapat memungkinkan kenaikan dari suatu respon adalah disebut sebagai suatu reinforcement. Jika suatu stimulus diketahui dapat merupakan penguat pada suatu situasi, maka ia dapat dipakai sebagi reinforcement pada perilaku yang lain. (dalam Walker, 1973). Contohnya adalah pemberian penguat positif (hadiah) berupa uang pada atlit yang berprestasi dapat juga diterapkan kepada siswa yang berprestasi.



Hadiah dan Reinforcement
Telah di paparkan di atas bahwa reinforcement dibagi menjadi penguat positif dan penguat negative. Penguat positif adalah berupa hadiah. Hadiah ini diberikan apabila perilaku individu atau hasil suatu perilaku sesuai dengan yang diharapkan. Pemberian hadiah ini diharapkan mampu membuat individu mempertahankan keberhasilan perilakunya atau bahkan dapat lebih meningkatkan hasil dari perilaku tersebut. Prinsip reinforcement positif berupa hadiah ini dapat kita hubungkan dengan prinsip ekonomi. Dimana individu cenderung melakukan sesuatu yang kecil atau sedikit tetapi yang hasilnya besar atau sesuatu yang keuntungannya besar. Contohnya jika dengan membeli obat dengan harga murah bisa mengurangi rasa sakit maka tidak perlu membeli obat yang mahal.
Hadiah (reward) dapat dikatakan juga sebagai reinforcement stimuli yang berakibat terjadinya pengulangan kembali suatu perilaku serta akan meningkatkan kecepatan terjadinya respon. Seorang peminta-minta jika kita beri uang (reward) maka perbuatannya tersebut cenderung akan diulangi. (Walgito, 2004)

Hukuman dan Reinforcement
Reinforcement negative disebut juga dengan hukuman. Jika pada reinforcement positif berupa hadiah dapat menyebabkan terulang kembali suatu perilaku maka penguat negative ini sebaliknya. Ketika suatu perilaku di beri penguat negative maka perilaku tersebut cenderung akan berhenti dan diharapkan tidak akan terulang kembali.
Pemberian reinforcement negative ini jika kita hubungkan dengan pemberian hukuman dalam proses belajar mengajar tidaklah semudah yang diperkirakan, dan pemberian hukuman terhadap suatu respon dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak terduga dan bermacam-macam. Akibat dari hukuman yang muncul dalam proses belajar dan tidak terpecahkan disebut dengan punishment paradox.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa pemberian hukuman terhadap suatu respon biasanya akan menghentikan respon tersebut segera adalah merupakan efek yang normal dan yang memang diharapkan. Namun ada kalanya pemberian hukuman berakibat kepada diulanginya perilaku menjadi lebih baik. Sehingga untuk pemberian hukuman ini reaksi yang muncul menjadi dua kemungkinan. Kemungkinan pertama perilaku dapat terhenti dan tidak diulangi kembali, kemungkinan kedua perilaku diulangi kembali dengan hasil yang lebih baik. Berdasarkan penjelasan ini dapat kita simpulkan bahwa punishment paradox adalah sesuatu yang sulit untuk dipecahkan.(Walker, 1973)
Jika kita lihat dari teori motivasi khususnya dari Mc Clelland, maka punishment paradox ini dapat saja terjadi. Dimana kita ketahui bahwa dalam teori motivasi Mc Clelland dikatakan bahwa ada tiga need yang membuat individu termotivasi yaitu; need for affiliation, need for achievement dan need for power. Pemberian hukuman yang berakibat kepada diulanginya perilaku sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih baik adalah berhubungan dengan need yang kedua yaitu need for achievement. Jadi individu yang cenderung mengulangi kembali perilaku walaupun mendapatkan respon yang negative dapat kita katakan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Dimana pemberian hukuman dijadikan cambuk untuk menjadi lebih baik dan berprestasi.
Sehingga jika dihubungkan dengan situasi belajar dapat disimpulkan bahwa apabila ada peserta didik yang setelah ujian dan mendapatkan nilai rendah langsung menyobek atau menyimpan hasil tesnya untuk kemudian dilupakan adalah peserta didik yang memiliki motivasi rendah. Sedangkan jika ada peserta didik yang setelah mendapatkan hasil ujian kecil langsung mencari akar permasalahan dan menyadari kesalahan kemudian mengulang kembali sehingga menghasilkan nilai yang lebih baik dapat kita katakan individu tersebut memiliki motivasi tinggi.

-----------------------------------------“””””””””””””””””””””””””””-------------------------------------------------

Referensi:
1. Atkinson, Rita L. dkk. Pengantar Psikologi. Alih Bahasa: Dr.Widjaya Kusuma. Edisi Kesebelas Jilid satu. Interaksara. Batam Center.
2. Rahabav, Patris.dkk. 1995. Rangkuman Kuliah Psikologi Sosial. Program Pasca Sarjana UGM. Tidak diterbitkan. Yogyakarta
3. Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Penerbit Andi. Yogyakarta
4. Walker, L Edward. 1973. Conditioning dan Proses Belajar Instrumental. Alih Bahasa: Team Fakultas Psikologi UI. Yayasan Penerbit UI. Jakarta

Tidak ada komentar: